Skip to main content

Ciri-Ciri Puisi Rakyat Lengkap Contohnya

Ciri-ciri puisi rakyat

Puisi adalah salah satu karya sastra yang memiliki seni tesendiri. Dari pilihan kata (diksi), pengulangan bunyi (rima), hingga sikap dan nada yang terkandung di dalamnya menjadikan sebuah puisi memiliki ciri khas tersendiri antara penyair satu dengan penyair lainnya. Sehingga karya sastra yang satu ini selalu memiliki tempat di hati penggemarnya masing-masing. Lalu apa puisi rakyat?

Puisi rakyat adalah puisi warisan masyarakat sejak zaman melayu yang meliputi pantun, syair, gurindam dan lain-lainnya yang masih terikat oleh aturan-aturan tertentu. 

Berbeda dengan puisi baru atau puisi modern yang sifatnya bebas tanpa terikat batasan-batasan tertentu. Puisi rakyat memiliki aturan-aturan seperti penggunaan bunyi atau rimanya, jumlah baris dalam tiap bait,dan jumlah kata dalam tiap barisnya. Sehingga jenisnya pun juga bermacam-macam.

Menurut riwayatnya, puisi rakyat awalnya digunakan oleh orang terdahulu untuk menyampaikan pesan moral, agama, dan budi pekerti dengan cara yang menarik. Puisi rakyat pun menyebar dari mulut ke mulut hingga ke wilayah-wilayah yang sangat luas. 

Ciri khas puisi rakyat dapat dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya usia penyair, jenis kelamin, pendidikan penyair, lingkungan hidup atau sosial budaya, serta waktu penciptaan puisi itu sendiri. Kali ini penulis akan menguraikan cirri-ciri puisi rakyat atau puisi lama secara lengkap beserta dengan contohnya. Sebenarnya secara garis besar ciri-ciri puisi tersebut sudah diuraikan pada Contoh Perbedaan Karya Sastra Lama dan Baru, namun sifatnya masih sangat umum karena cakupannya meliputi karya sastra bentuk prosa juga, untuk itu penulis akan menguraikan ciri-ciri khusus puisi rakyat secara lebih fokus pada materi ini. 

A. Ciri-ciri Puisi Rakyat Secara Umum

Untuk mengetahui apakah sebuah puisi digolongkan puisi rakyat atau bukan, maka kita perlu mengidentifikasi karakteristik atau ciri-ciri yang melekat pada puisi tersebut. Meskipun setiap jenis puisi rakyat juga memiliki perbedaan masing-masing, baik cirri-ciri pantun, mantra, gurindam, atau puisi rakyat lainnya, namun tetap terdapat ciri-ciri puisi rakyat secara garis besarnya (umum). 

Berikut adalah ciri-ciri puisi rakyat secara umum:

1. Puisi rakyat tidak dikenal atau tidak diketahui nama pengarangnya (bersifat anonim).

2. Puisi rakyat tidak diketahui tanggal pembuatannya.

3. Puisi rakyat disebut juga sastra lisan karena penyampaiannya dari mulut ke mulut.

4. Puisi rakyat diwariskan secara turun-temurun.

5. Puisi rakyat terikat oleh aturan-aturan, seperti jumlah baris, sajak, jumlah suku kata, dan irama. Sehingga masih bersifat kaku.

6. Puisi rakyat memiliki bentuk yang cenderung tetap, tidak bervariasi 

7. Puisi rakyat memiliki rima atau pengulangan bunyi di awal maupun akhir.

8. Puisi rakyat masih sering menggunakan gaya bahasa atau majas.


Selain ciri-ciri secara umum di atas, puisi rakyat juga memiliki jenis beraneka macam yang masing-masing memiliki cirri-cirinya tersendiri. Berikut akan dijelaskan macam-macam puisi rakyat beserta cirri-cirinya secara lengkap.


B. Jenis-Jenis Puisi Rakyat dan Cirinya Masing-Masing 


1. Pantun

Pantun adalah jenis puisi lama (puisi rakyat) yang terikat oleh aturan-aturan tertentu, misalnya tiap baitnya terdiri dari empat baris, yaitu dua baris sampiran dan dua baris isi.

Pantun menjadi puisi rakyat yang paling popular dalam sastra Melayu, yaitu salah satu jenis puisi lama yang masih hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat sampai saat ini. Bahkan kita sering mendengarkannya pada tayangan televisi atau acara-acara hiburan lainnya. 

Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut:

a. Tiap bait terdiri dari empat baris

b. Tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata

c. Baris 1 dan 2 disebut sampiran

d. Baris 3 dan 4 disebut isi

e. Bersajak akhir atau berima a-b-a-b


Contoh pantun 1:

Kalau ada sumur di ladang

Boleh kita menumpang mandi

Kali ada umur yang panjang

Boleh kita bertemu lagi


Contoh pantun 2:

Duduk manis di bibir pantai

Lihat gadis, aduhai tiada dua

Masa muda kebanyakan santai

Sudah renta sulit tertawa


Contoh pantun 3:

Berakit-rakit ke hulu

Berenagn-renang ke tepian

Bersakit-sakit dahulu

Bersenang-senang kemudian


2. Gurindam

Gurindam adalah bentuk puisi lama yang tiap baitnya hanya terdiri dari dua baris dengan rima yang sama. Baris pertama gurindam berisi semacam soal atau masalah dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah tersebut.

Ciri-ciri gurindam:

a. Satu baitnya terdiri dari dua baris.

b. Setiap baitnya memiliki rima yang sama atau bersajak A-A, B-B, dan seterusnya.

c. Setiap baitnya memiliki hubungan sebab akibat.

d. Setiap barisnya memiliki jumlah kata antara 10-14 kata.

e. Isi atau maksud dari gurindam ada pada baris kedua.

f. Isi gurindam biasanya berupa nasihat, kata mutiara, atau filosofi hidup.


Contoh gurindam:


Barang siapa bekerja keras

Maka hasilnya akan selaras


Bila perut terlalu kenyang

Pikiran jernih jadu hilang


Bersikap baiklah pada orang tua

Niscaya hidupmu akan berkah dan bahagia


Apabila janji tidak ditepati

Orang tak percaya sampai mati


Jika hendak mengenal orang mulia, 

lihatlah kepada kelakuan dia.


Barang siapa berbuat cermat

Hidupnya akan selalu selamat

 

Tak ada waktu berputus asa

Yakinlah hasilnya tak sia-sia

 

3. Syair

Syair adalah jenis puisi lama (puisi rakyat) yang terikat oleh aturan-aturan dan meliputi rangkaian kisah yang panjang. Syair biasanya digunakan untuk menceritakan sesuatu yang berkesinambungan. Syair bukanlah asli dari Indoesia, melainkan dari Arab. 

Adapun ciri-ciri syair adalah sebagai berikut:

a. Terdiri dari beberapa bait yang saling berhubungan

b. Satu bait terdiri dari 4 baris

c. Rima akhir pada tiap bait sama atau AAAA

d. Semua baris merupakan isi dan mengandung makna 

e. Menggunakan kalimat sapaan seperti “wahai” dan “hai”.

f. Menggunakan kalimat sebab-akibat untuk yang mendengarkan atau membaca.

g. Kata-kata yang dipilih sifatnya simbolis dan menggunakan ungkapan lama.

h. Kata yang dipilih memiliki makna yang “amat”.


Contoh syair 1:

Inilah gerangan suatu madah 

Mengarangkan syair terlalu indah 

Membetuli jalan tempat berpindah 

Di sanalah iktikat diperbetuli sudah 


Wahai muda kenali dirimu 

Ialah perahu tamsil hidupmu 

Tiadalah berapa lama hidupmu 

Ke akhirat jua kekal hidupmu 


Hai muda arif budiman 

Hasilkan kemudi dengan pedoman 

Alat perahumu jua kerjakan 

Itulah jalan membetuli insan 


Perteguh jua alat perahumu 

Hasilkan bekal air dan kayu 

Dayung pengayuh taruh di situ 

Supaya laju perahumu itu 


Sudahlah hasil kayu dan ayar 

Angkatlah pula sauh dan layar 

Pada beras bekal jantanlah taksir 

Niscaya sempurna jalan yang kabir 


Contoh syair 2:

 Wahai Ananda dengarlah pesan

 Pakai olehmu sifat anak jantan

 Bertanggung jawab dalam perbuatan

 Beban dipikul pantang dielakkan


 Wahai Ananda intan pilihan

 Sifat tanggung jawab engkau amalkan

 Berani mencencang terpotong tangan

 Berani berhutang tumbuhlah beban


 Wahai Ananda permata hikmat

 Tanggung jawabmu hendaklah ingat

 Berani menanggung sebab akibat

 Berani berbuat tangan dikebat


Wahai Ananda intan terserlah

Bertanggung jawab dalam bertingkah

Berani menanggung sakit dan susah

Berani mati mempertahankan lidah


Wahai Ananda Bunda berpesan

Tanggung jawabmu jangan tinggalkan

Sakit dan perih engkau tahankan

Aib dan malu engkau tampungkan


4. Mantra

Mantra adalah puisi lama (puisi rakyat) yang erat kaitannya dengan adat dan kepercayaan suatu wilayah tertentu bahkan kerap dianggap memiliki kekuatan gaib dan dipercaya memiliki unsur mistis sehingga bentuknya seperti doa. Mantra termasuk puisi tua yang keberadaanya dalam masyarakat Melayu bukan sebagai karya sastra melainkan lebih banyak berkaitan dengan hal-hal yang bersifat magis atau sebagai do’a-do’a.

Ciri-ciri mantra:

a. Mantra memiliki isi yang menggambarkan kepercayaan masyarakat setempat.

b. Biasanya didapat secara gaib, misalnya melalui leluhur atau mimpi, atau bisa juga diwarisi dari perguruan yang diikuti.

c. Mengandung kalimat rayuan atau perintah.

d. Mengutamakan keindahan bunyi.


Contoh Mantra 1:

Assalammu’alaikum putri satulung besar

Yang beralun berilir simayang

Aku menyanggul rambutmu

Aku membawa sadap gading

Akan membasuh mukamu


Contoh Mantra 2:

Shang Hai

ping di atas pong

pong di atas ping

ping ping bilang pong

pong pong bilang ping

mau mau bilang pong

mau ping? bilang ping

mau ping? bilang pong

mau mau bilang ping


5. Karmina

Karmina dikenal dengan nama pantun kilat atau pantun dua seuntai adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris pertama sebagai sampiran dan baris kedua sebagai isi berupa sindiran dengan rumus rima a-a. Untuk membedakan karmina dengan puisi rakyat lainnya, berikut adalah ciri-cirinya.

Ciri-ciri karmina:

a. Setiap bait terdiri dari 2 baris

b. Setiap baris terdiri 8-12 suku kata

c. Baris pertama sebagai sampiran

d. Baris kedua adalah isi

e. Bersajak a-a


Contoh Karmina:

Dulu parang, sekarang besi (a)

Dulu sayang, sekarang benci (a)


Kayu Lurus dalam ladang 

Kerbau kurus banyak tulang 


Sudah gaharu, cendana pula

Sudah tahu, bertanya pula


Banyak udang, banyak garam

Banyak orang, banyak ragam


6. Talibun

Talibun adalah puisi lama (puisi rakyat) yang mirip seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi pada talibun jumlah barisnya lebih dari 4 baris, yaitu mulai dari 6 baris hingga 20 baris dan memiliki irama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.

Ciri-ciri Talibun adalah seperti berikut:

a. Talibun memiliki jumlah baris minimal 6 dan berjumlah genap

b. Ada sampiran dan isi (setengah awal sebagai sampiran dan setengah akhir sebagai isi)

c. Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde

d. Menggunakan bahasa seperti puisi atau syair atau pantun dalam pembentukannya 

e. Bahasanya luas dan lebih lumrah 

f. Berfungsi untuk menjelaskan sesuatu perkara

g. Isinya secara terperinci

h. Merupakan bahan penting dalam pengkaryaan cerita penglipur lara 


Contoh Talibun 1:

Jalan-jalan ke Bukittingi

Jangan lupa membeli jamu

Batu kecubung bukan kalimaya

Tuntutlah ilmu sampai tinggi

Agar menjadi orang berilmu

Yang tak takut menghadapi buaya


Contoh Talibun 2:

Kapal berjalan dengan layar berjajar

Akhirnya merapat di pantai y landai

Membawaku ke kampung untuk kembali pulang

Jika kamu rajin belajar

Pasti akan mudah menjadi pandai

Hingga lulus dengan hasil gemilang


Contoh Talibun 3:

Tengah malam sudah terlampau

Dinihari belum lagi nampak

Budak-budak dua kali jaga

Orang muda pulang bertandang

Orang tua berkalih tidur

Embun jantan rintik-rintik

Berbunyi kuang jauh ke tengah

Sering lanting riang di rimba

Melenguh lembu di padang

Sambut menguak kerbau di kandang

Berkokok mendung, Merak mengigal

Fajar sidik menyinsing naik

Kicak-kicau bunyi Murai

Taktibau melambung tinggi

Berkuku balam dihujung bendul

Terdengar puyuh panjang bunyi

Puntung sejengkal tinggal sejari

Itulah alamat hari nak siang

 (Hikayat Malim Deman)


7. Seloka

Seloka adalah puisi lama (puisi rakyat) yang dikategorikan sebagai puisi Melayu Klasik, berisikan pepatah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Seloka biasanya ditulis dalam jumlah empat baris memakai bentuk pantun atau syair, tetapi terkadang juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris. Seloka memiliki isi yang sambung-menyambung layaknya pantun berkait atau berantai.

Ciri-ciri Seloka:

a. Seloka biasanya ditulis dalam empat baris memakai bentuk pantun atau syair

b. Satu baitnya terdiri dari 4 baris dengan sajak a-b-a-b

c. Baris 1 dan 2 merupakan sampiran, sedangkan baris 3 dan 4 merupakan isi

d. Setiap baris terdiri dari 4 suku kata yang saling sambung-menyambung

e. Berisi tentang nasihat, pepatah, perumpamaan/senda gurau/sindiran


Contoh Seloka 1:

Sarung garuda di pohon beringin

Buah kemuning di dalam puan

Sepucuk surat dilayangkan angin

Putih kuning sambutlah, Tuan


Contoh Seloka 2:

Makan semangka di siang hari

Minum cendol sambil membawa keranjang

Jika engkau ingin pergi

Ingatlah aku tak kan memintamu pulang

Minum cendol sambil membawa keranjang

Jangan lupa membawa cincaunya

Ingatlah aku tak kan memintamu pulang

Karena rasaku memang telah tiada


C. Unsur Kebahasaan Puisi Rakyat

Unsur kebahasaan yang digunakan pada puisi rakyat sebenarnya tidak beda-beda jauh dengan karya-karnya lainnya. Unsur kebahasaaan disini dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam kalimat, yaitu kalimat perintah, saran, ajakan, dan larangan. Adapun uraian singkat masing-masing kalimat adalah sebagai berikut:

1. Kalimat perintah

Kalimat perintah yaitu kalimat yang bermakna memerintah. Makna memerintah berarti meminta seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai apa yang diinginkan oleh penutur.

Contoh kalimat perintah:

Buang sampah itu!

Makanlah roti itu!

Ambilkan buku di atas meja itu!

Pergilah merantau bersama pamanmu!

Angkat telpon itu!

Kirimkan surat ini untuk Marlina!


2. Kalimat Saran

Kalimat saran adalah kalimat yang bermakna anjuran atau menyarankan agar seseorang melakukan sesuatu sesuai yang diinginkan penutur. Kalimat saran biasanya ditandai dengan kata-kata seperti: “sebaiknya”, “seharusnya”, “seyogyanya”.

Contoh kalimat saran:

Sebaiknya kamu jemput Ardi di rumhanya sekarang!

Sebaiknya kamu jangan merokok!

Seharusnya kamu tidak menghabiskan makanan itu!

Sebaiknya Hernawan berangkat ke Jakarta bersama Bambang!

Seyogyanya kakek minum obat sebelum jam 21.00 WIB!

Seharusnya ibumu mengizinkanmu belajar kelompok di rumahku!


3. Kalimat Ajakan

Kalimat ajakan adalah kalimat yang isinya mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat ajakan biasanya ditandai dengan kata-kata “ayo” atau “marilah”.

Contoh kalimat ajakan:

Ayo pulang bersamaku!

Ayo mengerjakan tugas bersama!

Marilah berbuat baik satu sama lain!

Mari makan nasi padang di tempat biasa bersama Rivan!

Mari sholat berjama’ah di masjad!

Ayo pergi memancing bersamaku!


4. Kalimat Larangan

Kalimat larangan adalah kalimat yang isinya melarang orang melakukan sesuatu atau memerintah seseorang untuk tidak melakukan sesuatu. Kalimat larangan biasanya ditandai dengan kata-kata larangan, seperti “jangan”.

Contoh kalimat larangan:

Jangan membuang sampah di sini!

Jangan pergi dari rumah sebelum ayah pulang!

Jangan bermain handphone saat adzan dikumandangkan!

Jangan mengganggu adikmu!

Jangan membunuh binatang apapun!

Jangan suka meninggalkan sholat lima waktu!



Buka Komentar

Popular posts from this blog